Selasa, 25 Maret 2014

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN - ARTIKEL 3 - WONOGIRI (JAWA TENGAH)



ARTIKEL 2

WONOGIRI (JAWA TENGAH)

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN WONOGIRI

Sejarah terbentuknya Kabupaten Wonogiri tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Raden Mas Said atau dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa. Asal kata Wonogiri sendiri berasal dari bahasa Jawa wana (alas/hutan/sawah) dan giri (gunung/ pegunungan). Nama ini sangat tepat menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri yang memang sebagian besar berupa sawah, hutan dan gunung.

Pemerintahan di Kabupaten Wonogiri awal mulanya merupakan suatu daerah basis perjuangan Raden Mas Said dalam menentang penjajahan Belanda. Raden Mas Said lahir di Kartasura pada hari Minggu Legi, tanggal 4 Ruwah 1650 tahun Jimakir, Windu Adi Wuku Wariagung, atau bertepatan dengan tanggal Masehi 8 April 1725. Raden Mas Said merupakan putra dari Kanjeng Pangeran Aryo Mangkunegoro dan Raden Ayu Wulan yang wafat saat melahirkannya.

Memasuki usia dua tahun, Raden Mas Said harus kehilangan ayahandanya karena dibuang oleh Belanda ke Tanah Kaap (Ceylon) atau Srilanka. Hal itu karena ulah keji berupa fitnah dari Kanjeng Ratu dan Patih Danurejo. Akibatnya, Raden Mas Said mengalami masa kecil yang jauh dari selayaknya seorang bangsawan Keraton. Raden Mas Said menghabiskan masa kecil bersama anak-anak para abdi dalem lainnya, sehingga mengerti betul bagaimana kehidupan kawula alit. Hikmah dibalik itulah yang menempa Raden Mas Said menjadi seorang yang mempunyai sifat peduli terhadap sesama dan kebersamaan yang tinggi karena kedekatan beliau dengan abdi dalem yang merupakan rakyat kecil biasa.

Pada suatu saat terjadi peristiwa yang membuat Raden Mas Said resah, karena di Keraton terjadi ketidakadilan yang dilakukan oleh Raja (Paku Buwono II) yang menempatkan Raden Mas Said hanya sebagai Gandhek Anom (Manteri Anom) atau sejajar dengan Abdi Dalem Manteri. Padahal sesuai dengan derajat dan kedudukan, Raden Mas Said seharusnya menjadi Pangeran Sentana.

Melihat hal ini, Raden Mas Said ingin mengadukan ketidakadilan kepada sang Raja, akan tetapi pada saat di Keraton oleh sang Patih Kartasura ditanggapi dingin. Dan dengan tidak berkata apa-apa sang Patih memberikan sekantong emas kepada Raden Mas Said. Perilaku sang Patih ini membuat Raden Mas Said malu dan sangat marah, karena beliau ingin menuntut keadilan bukan untuk mengemis.

Raden Mas Said bersama pamannya Ki Wiradiwangsa dan Raden Sutawijaya yang mengalami nasib yang sama, mengadakan perundingan untuk membicarakan ketidakadilan yang menimpa mereka. Akhirnya Raden Mas Said memutuskan untuk keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan terhadap Raja.

Raden Mas Said bersama pengikutnya mulai mengembara mencari suatu daerah yang aman untuk kembali menyusun kekuatan. Raden Mas Said bersama para pengikutnya tiba disuatu daerah dan mulai menggelar pertemuan-pertemuan untuk menghimpun kembali kekuatan dan mendirikan sebuah pemerintahan biarpun masih sangat sederhana. Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabiulawal (Mulud) tahun Jumakir windu Sengoro, dengan candra sengkala Angrasa Retu Ngoyag Jagad atau tahun 1666 dalam kalender Jawa. Dan dalam perhitungan kalender Masehi bertepatan dengan hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 M.

 

Prasasti  Nglaroh  Selogiri 

Daerah yang dituju Raden Mas Said waktu itu adalah Dusun Nglaroh (wilayah Kecamatan Selogiri), dan disana Raden Mas Said menggunakan sebuah batu untuk menyusun strategi melawan ketidakadilan. Batu ini dikemudian hari dikenal sebagai Watu Gilang yang merupakan tempat awal mula perjuangan Raden Mas Said dalam melawan ketidakadilan dan segala bentuk penjajahan. Bersama dengan pengikut setianya, dibentuklah pasukan inti kemudian berkembang menjadi perwira-perwira perang yang mumpuni dengan sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dukungan dari rakyat Nglaroh kepada perjuangan Raden Mas Said juga sangat tinggi yang disesepuhi oleh Kyai Wiradiwangsa yang diangkat sebagai Patih. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang nantinya menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri.

Dalam mengendalikan perjuangannya, Raden Mas Said mengeluarkan semboyan yang sudah menjadi ikrar sehidup semati yang terkenal dengan sumpah “Kawulo Gusti” atau “Pamoring Kawulo Gusti” sebagai pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya, luluh dalam kata dan perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagaikan keluarga besar yang sulit dicerai-beraikan musuh. Ikrar tersebut berbunyi “Tiji tibeh, Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh”. Ini adalah konsep kebersamaan antara pimpinan dan rakyat yang dipimpin maupun sesama rakyat.

Raden Mas Said juga menciptakan suatu konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu :
  1. Mulat Sarira Hangrasa Wani, artinya berani mati dalam pertempuran karena dalam pertempuran hanya ada dua pilihan hidup atau mati. Berani bertindak menghadapi cobaan dan tantangan meski dalam kenyataan berat untuk dilaksanakan. Sebaliknya, disaat menerima anugerah baik berupa harta benda atau anugerah lain, harus diterima dengan cara yang wajar. Hangrasa Wani, mau berbagi bahagia dengan orang lain.
2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya merasa ikut memiliki daerahnya, tertanam dalam sanubari yang terdalam, sehingga pada akhirnya pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rela berjuang dan bekerja untuk daerahnya. Merawat dan melestarikan kekayaan yang terkandung didalamnya.
3. Wajib Melu Hangrungkebi, artinya dengan merasa ikut memiliki timbul kesadaran untuk berjuang hingga titik darah penghabisan untuk tanah kelahirannya.

Kegigihan Raden Mas Said dalam memerangi musuh-musuhnya sudah tidak diragukan lagi, bahkan hanya dengan prajurit yang jumlahnya sedikit, tidak akan gentar melawan musuh. Raden Mas Said merupakan panglima perang yang mumpuni, terbukti selama hidupnya sudah melakukan tidak kurang 250 kali pertempuran dengan tidak menderita kekalahan yang berarti. Dari sinilah Raden Mas Said mendapat julukan “Pangeran Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar maut (Penyambar Nyawa) bagi siapa saja musuhnya pada setiap pertempuran.

Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran.

Dalam perundingan yang melibatkan Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. Penetapan wilayah kekuasaan Raden Mas Said terjadi pada tanggal 17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. Kedudukannya sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul.


KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 (lima) daerah yang masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu :
1.
Daerah Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan Selogiri). Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul. Karakteritik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan.
2.
Daerah Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro), mempunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik.
3.
Daerah Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten Wonogiri sekarang masuk wilayah Kecamatan Tirtomoyo). Masyarakat didaerah ini mempunyai karakter sebagai Kethek Saranggon, mempunyai kemiripan seperti sifat kera yang suka hidup bergerombol, sulit diatur, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan tata krama sopan santun. Jika didekati mereka kadang kurang mau menghargai orang lain, tetapi jika dijauhi mereka akan sakit hati. Istilahnya gampang-gampang susah.
4.
Daerah Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter sebagai Lemah Bang Gineblegan. Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya, boros dan sulit untuk melaksanakan perintah. Akan tetapi bagi seorang pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat.
5.
Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek. Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan akan dikerjakan dengan penuh tanggungjawab.

Dengan memahami karakter daerah-daerah tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan mengendalikan rakyat diwilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795.


SEJARAH SINGKAT JABATAN WEDONO GUNUNG WONOGIRI HINGGA BUPATI WONOGIRI


Setelah Raden Mas Said meninggal dunia, kekuasaan trah Mangkunegaran diteruskan oleh putra-putra beliau. Ada beberapa perkembangan penting mengenai situasi dan kondisi daerah kekuasaan, serta sistem pemerintahan yang menyangkut nama penguasa wilayah Praja Mangkunegaran termasuk di wilayah  Wonogiri.

Wilayah Wonogiri merupakan daerah Kawedanan (onderregent) dibawah Praja Mangkunegaran, yang dipimpin oleh seseorang dengan jabatan sebagai Wedono Gunung. Organisasi pemerintahan pada saat itu masih sangat sederhana, dengan titik berat bidang pemerintahan hanya dua urusan yaitu urusan dalam (reh jero) dan urusan luar (reh njobo).

Wedono Gunung Wonogiri
Jabatan Wedono Gunung Wonogiri pertama dijabat oleh Raden Ngabei Joyosudarso, sejak tahun 1847. Makam Wedono Gunung pertama ini terdapat di Dusun Ambarwangi, Desa Wonoharjo, Kecamatan Nguntoronadi.

Pada tahun 1875, atas permohonan R. Ng. Joyosudarso, Kawedanan Gunung  Wonogiri dipecah menjadi dua yaitu Kawedanan Gunung Wonogiri dan Kawedanan Gunung Baturetno. Kawedanan Gunung Wonogiri meliputi wilayah Keduang, Honggobayan, dan Nglaroh, dengan jabatan Wedono Gunung yang dipegang oleh Raden Ngabei Djoyosaronto (putra tertua R. Ngabei Joyosudarso). Kawedanan Gunung Baturetno meliputi wilayah Wiroko, Sembuyan, dan Ngawen dengan jabatan Wedono Gunung yang dipegang oleh Raden Ngabei Djoyohandojo (Putra kedua R. Ng. Joyosudarso). Pada tahun 1892, terjadi penghapusan wilayah Kawedanan Gunung Baturetno dan digabungkan kembali dengan Kawedanan Gunung Wonogiri. Pejabat Wedono Gunung dipegang oleh Raden Mas Ngabei Tjitrodipuro hingga tahun 1900. Hingga pada tahun 1903, terjadi penghapusan jabatan Panekaring Wedono Gunung. RM. Ng. Tjitrodipuro sendiri kemudian diangkat sebagai Bupati Patih di Praja Mangkunegaran dan berganti nama Raden Mas Ngabei Brotodipuro. Jabatan yang ditinggalkannya diganti oleh  Raden Mas Ngabei Haryokusumo (Eyang dari Ibu Tien Soeharto) sampai tahun 1916. Kemudian jabatan Wedono Gunung Wonogiri dipegang oleh Raden Mas Tumenggung Warso Adiningrat.

Pada tahun 1917, ada peristiwa penting yaitu Tetedakan KGPAA Mangkunegara VII yang diumumkan pada tanggal 19 Nopember 1917, yaitu berubahnya status wilayah Wonogiri yang semula Kawedanan Gunung menjadi Kabupaten yang dikepalai oleh seseorang oleh seorang Bupati yang menyandang gelar Tumenggung. KGPAA Mangkunegara VII kemudian mengangkat Raden Mas Tumenggung Warso Adiningrat sebagai Bupati Wonogiri. Sehingga beliau merupakan Bupati Wonogiri pertama dengan gelar Tumenggung. Akibat perubahan status ini, wilayah Wonogiri pun dibagi menjadi 5 Kawedanan yaitu Kawedanan Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, Jatisrono dan Purwantoro.


Bupati Wonogiri :
Sebelum masa kemerdekaan :
1.
Kanjeng Raden Mas Tumenggung Warso Adiningrat
2.
 Mas Tumenggung Warsodingrat
3.
Raden Ngabei Joyowirono
4.
Kanjeng Raden Tumenggung Harjowiratmo

Setelah masa kemerdekaan :
Seiring dengan peristiwa kemerdekaan, Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 sampai tahun 1946 di wilayah Mangkunegaran terjadi dualisme pemerintahan, yaitu Kabupaten Wonogiri masih dalam wilayah monarki Praja Mangkunegaran dan di lain pihak menginginkan Kabupaten Wonogiri masuk dalam sistem demokrasi Republik Indonesia. Timbulah gerakan Anti Swapraja yang menginginkan Wonogiri keluar dari sistem kerajaan Mangkunegaran. Akhirnya disepakati bahwa Kabupaten Wonogiri tidak menghendaki kembalinya Swapraja Mangkunegaran.

Sejak saat itu Kabupaten Wonogiri mempunyai status seperti sekarang, dan masuk sebagai Kabupaten yang berada diwilayah Provinsi Jawa Tengah.

Nama Bupati Wonogiri setelah masa kemerdekaan : 
1.
SOETOJO HARDJO REKSONO ( 1946-1948 )
2.
R. DANOEPRANOTO ( 1948-1950 )
3.
R. AGUS MIFTAH DANOEKOESOEMO ( 1950-1953 )
4.
SENTOT WONGSO ADMOJO ( 1953-1956 )
5.
R. SOETARKO ( 1956-1957 )
6.
POERWO PRANOTO ( 1958 )
7.
R. YAKOP DANOE ADMOJO

Gelar Seni Budaya Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Wonogiri dikenal memiliki akar kebudayaan yang kuat, hal ini dibuktikan masih banyaknya tradisi Jawa yang masih dijalankan oleh sebagian masyarakatnya. Berbagai kegiatan yang masih memegang teguh tradisi budaya warisan para leluhur ini patut dilestarikan, sekaligus menjaga eksistensi jati diri sebagai bangsa Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Wonogiri melihat kegiatan masyarakat semacam ini sebagai potensi wisata budaya yang layak untuk dikembangkan, untuk menambah khasanah budaya dan daya tarik wisatawan untuk berkunjung di Kabupaten Wonogiri.
Oleh karena itu, berbagai pagelaran seni budaya ini sudah dikemas apik dengan memanfaatkan momentum tertentu sehingga menambah daya tarik Kabupaten Wonogiri. Gelar Seni Budaya ini antara lain :

1)    Gebyar Gajah Mungkur
Gebyar Gajah Mungkur merupakan event tahunan yang dilaksanakan di Taman Rekreasi Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur. Event terbesar pariwisata di Kabupaten Wonogiri ini digelar setiap tahun dalam memeriahkan Hari Raya Idul Fitri. Waktu pelaksanaan selama kurang lebih 2 minggu yang diisi dengan pentas kesenian berupa orkes melayu, campursari, parade band, dan atraksi menarik lainnya.
Dengan dukungan fasilitas yang semakin lengkap di Obyek wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur, sehingga mampu mendatangkan wisatawan lebih dari 100 ribu orang dari berbagai wilayah.

2)    Jamasan Pusaka Mangkunegaran
Event budaya ini dilakukan setiap tahun pada bulan Muharram (Sura) sebagai bentuk penghormatan kepada Kanjeng Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. Beliau merupakan pendiri awal pemerintahan di Kabupaten Wonogiri. Peninggalan pusaka KGPAA Mangkunegoro I yang digunakan semasa perjuangan dalam mengusir penjajah saat ini disimpan masih terawat dengan baik.
Jamasan Pusaka merupakan proses pembersihan dan perawatan pusaka Mangkunegaran yang ada di Pendopo Kabupaten Wonogiri yaitu Gong Kiai Mendung Eko Daya Wilaga. Pusaka dari Kecamatan Selogiri yaitu Tombak Kiai Jaladara, Keris Kiai Totog, dan Keris Kiai Korowelang. Dari Kecamatan Girimarto yaitu Keris Kiai Semar Tinandu dan Tombak Kiai Limpung. Pusaka dari Kaliwerak Kecamatan Wonogiri yaitu keris Kiai Alap-alap dan Kiai Bancak.

Prosesi jamasan dilakukan di Taman Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur. Event wisata ini dimanfaatkan oleh masyarakat pecinta tosan aji atau kolektor pusaka keris, tombak, cundrik dan sejenisnya untuk dibersihkan bersamaan dengan pembersihan pusaka milik keraton Mangkunegaran. Setelah prosesi ini selesai pusaka dikembalikan ke tempat penyimpanan semula.

3)    Ruwatan Massal
Dalam kultur masyarakat Jawa mengenal adanya aura buruk yang bisa menghinggapi dalam tubuh manusia. Aura ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain takdir dari Sang Pencipta, kelalaian manusia, atau sebab lainnya. Untuk membersihkan aura buruk ini dilakukan prosesi pembersihan atau dikenal dengan ruwatan. Ruwatan dilaksanakan dengan sarana pergelaran wayang kulit dengan lakon Murwakala yang dituturkan oleh sang dalang pengruwat. Peserta ruwatan datang dari berbagai penjuru Kabupaten Wonogiri, hingga dari kota-kota di sekitarnya.
Pelaksanaan Ruwatan Massal bersamaan dengan prosesi Jamasan Pusaka Mangkunegaran I di Obyek Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur.





4)    Upacara Sedekah Bumi Kahyangan
Upacara Sedekah Bumi Kahyangan dilakukan di Tempat Wisata Spiritual Kahyangan Kecamatan Tirtomoyo. Kegiatan ini digelar pada malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pada bulan Muharram (Sura) sebagai perwujudan rasa terima kasih kepada Sang Hyang Widhi, sekaligus permohonan agar diberi keselamatan dan ketentraman pada tahun yang akan dilalui.
Acara ini dikemas dalam bentuk pergelaran wayang kulit semalam suntuk, dan tepat saat tengah malam dilakukan prosesi ritual kenduri yang dilaksanakan di situs Selo Payung. Kenduri dipimpin oleh Abdi Dalem (juru kunci) petilasan Kahyangan yang dilanjutkan dengan makan bersama antara para pemuka agama, pemuka pemerintahan dan juga para pengunjung petilasan.

5)    Labuhan Ageng Sembukan

 
     Pantai Sembukan Paranggupito

Event ritual budaya ini digelar setiap tahun pada bulan Muharram dalam bentuk upacara adat labuhan atau melarung sesaji di Pantai Sembukan Kecamatan Paranggupito. Konon Pantai Sembukan yang menghadap ke laut selatan merupakan pintu gerbang ke-13 Kerajaan Ratu Laut Kidul. Dan melalui Pantai Sembukan inilah Ratu Laut Selatan lewat untuk mengikuti pertemuan dengan Raja-raja di Kasunanan Surakarta (Paku Buwono).
Prosesi ini melestarikan tradisi yang sudah berlangsung sejak zaman Kerajaan. Pada acara ini diadakan prosesi melarung kepala kerbau ke tengah laut dan diakhir acara akan dipentaskan tarian sakral Bedoyo Parang Kencono yang dibawakan putri-putri cantik Wonogiri.
Momen ini dimanfaatkan bagi warga untuk menyampaikan permohonan keselamatan dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar apa dicita-citakan dapat terkabul, sekaligus menikmati keindahan pantai Pantai Sembukan Kecamatan Paranggupito.

6)    Susuk Wangan
Susuk Wangan merupakan upacara adat masyarakat Desa Setren Kecamatan Slogohimo sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Khalik atas kemurahan-Nya dengan memberikan rejeki kehidupan melalui bumi pertiwi dan air kehidupan bagi warga setempat. Tanah yang subur dan air yang melimpah sangat disyukuri karena menyuburkan lahan pertanian sehingga hasil bumi dan bahan makanan sangat berlimpah ruah sehingga warga terhindar dari kelaparan dan berbagai penyakit.
Upacara adat yang diadakan setiap bulan Dzulhijah (Besar) setiap tahun ini diikuti oleh seluruh masyarakat desa dengan menggelar prosesi ritual di Obyek Wisata Air Terjun Girimanik Desa Setren Slogohimo berupa membersihkan saluran air, dan kenduri dengan hidangan ayam panggang.
Selain untuk menjaga warisan budaya yang adiluhur, Susuk Wangan juga dapat dimanfaatkan untuk menambah keragaman seni budaya yang ada di Kabupaten Wonogiri.

7)    Kethek Ogleng


Kesenian Kethek Ogleng merupakan kesenian asli Wonogiri yang sering digelar dalam berbagai kesempatan. Kesenian ini berupa tarian yang menirukan tingkah laku kera dengan kostum kera berwarna putih yang disajikan secara atraktif dan akrobatik dengan memakai tali, kursi, dan alat lainnya sehingga sangat menarik.
Sejarah kethek Ogleng itu sendiri merupakan penggalan dari kisah Panji Gunungsari yang diperintah ayahandanya Prabu Lembu Amiluhung dari Kerajaan Kediri untuk mencari kakaknya Panji Asmorobangun yang menghilang dari Kerajaan diikuti oleh istrinya Dewi Sekartaji. Tokoh Seniman yang mempopulerkan Tari Kethek Ogleng di Kabupaten Wonogiri adalah Samidjo, warga Dusun Mbamban Desa Tempursari Kecamatan Sidoharjo yang menciptakan Tari Kethek Ogleng melalui perjalanan spiritual.
Tarian Kethek Ogleng yang sangat unik ini telah menambah keanekaragaman budaya yang ada di Kabupaten Wonogiri serta menjadi satu ikon budaya.

Potensi Pertanian Kabupaten Wonogiri


Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi di bidang pertanian yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Luas areal pertanian di Wonogiri mencapai 98.082 ha atau 53.82% dari luas wilayah secara keseluruhan. Sektor pertanian telah di dukung oleh sarana irigasi sebanyak 3.970 unit dengan panjang 1.560 km, sedangkan jumlah kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebanyak 291 kelompok.

Berikut adalah komoditas pertanian dan perkebunan yang potensial untuk dikembangkan :

Padi (Oryza sativa)
Padi menghasilkan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Tanaman dengan kandungan karbohidrat yang tinggi saat ini belum bisa tergantikan dengan bahan makanan lain. Di Kabupaten Wonogiri, tanaman padi sawah banyak dihasilkan oleh petani di wilayah Kecamatan Giriwoyo, Tirtomoyo, Baturetno, Eromoko, Selogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, dan Girimarto. Dengan tingkat produksi per tahun mencapai 2,9 juta kwintal. Sedang tanaman padi gogo banyak dihasilkan dari petani di wilayah Kecamatan Pracimantoro, Giriwoyo, Giritontro, dan Paranggupito. Tingkat produksi mencapai 586 ribu kwintal per tahun dan mengalami surplus sekitar 91 ribu ton pada tahun 2010.

Singkong/ Ubi Kayu (Manihot utilissima)
Tanaman ubi kayu (singkong) bagi sebagian besar rakyat Kabupaten Wonogiri merupakan tanaman utama selain padi. Pantas jika Wonogiri dikenal sebagai sebutan Kota Gaplek (singkong kering) mengingat hasil produksi singkong ini begitu besar potensinya. Tanaman ubi kayu banyak dihasilkan oleh petani diwilayah Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Nguntoronadi, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran, Wonogiri, Sidoharjo, Jatiroto, Purwantoro, Girimarto dan Ngadirojo. Dengan tingkat produksi singkong/ ubi kayu mencapai 12 juta kwintal/ tahun.
Melihat prospek tanaman singkong dimasa mendatang semakin cerah, Pemerintah Kabupaten Wonogiri memberi prioritas untuk pengembangannya. Kebijakan yang diambil adalah melakukan pemberdayaan petani singkong dengan bantuan bibit unggul serta pendampingan pola tanam.
Diharapkan langkah ini akan meningkatkan produksi singkong dari 16 ton/ha menjadi 90-100 ton/ha. Berdasarkan penelitian, kandungan pati ketela pohon yang dihasilkan dari Kabupaten Wonogiri cukup tinggi yaitu mencapai 35% dengan tingkat kekeringan 14%. Dengan demikian tanaman ubi kayu memang layak dikembangkan sebagai salah satu solusi pengentasan rakyat Wonogiri dari kemiskinan.

Jagung (Zea mays)
Tanaman jagung merupakan tanaman komoditas yang mempunyai peluang cerah untuk dikembangkan di masa mendatang. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga memiliki zat-zat penting sebagai bahan pangan pengganti setelah beras. Variasi produk olahan dari tanaman jagung juga cukup beragam mulai makanan ringan, makanan mie instan, sampai produk makanan untuk peternakan sehingga menjadikan tanaman jagung mempunyai nilai ekonomis tersendiri. Luas areal lahan jagung di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 tercatat + 66.742 ha dengan produksi mencapai 3,8 juta kwintal/ tahun jagung kering giling.
Wilayah yang merupakan penghasil jagung terbesar di Kabupaten Wonogiri adalah Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Baturetno,  Eromoko, Wuryantoro, Manyaran. Begitu besar produksi jagung di Kabupaten Wonogiri, membuka peluang pembangunan pabrik pengolahan makanan ternak dan makanan olahan dari jagung masih sangat terbuka.

Kedelai (Glycenemax (I) Marril)
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Selain sebagai sumber protein nabati yang baik, kedelai merupakan sumber bahan pangan lauk pauk yang sangat akrab bagi sebagian besar masyarakat Wonogiri yaitu untuk pembuatan tahu dan tempe.
Luas areal tanaman kedelai di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 tercatat mencapai lebih dari 27.439 ha dengan tingkat produksi 342.750 kwintal/tahun. Tanaman kedelai banyak dibudidayakan oleh petani di kecmatan Pracimantoro, Giriwoyo, Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, dan Manyaran.

Kacang Tanah (Arachis Hypogaea)
Kacang tanah menjadi komoditas tanaman yang banyak dikembangkan sebagai tanaman tumpang sari bersama tanaman lain seperti tanaman jagung. Areal tanaman kacang tanah pada tahun 2010 seluas 44.021 ha dengan tingkat produksi bisa mencapai 12, 44 kwintal/ha atau 547.677 kwintal/tahun.
Kacang tanah dibudidayakan oleh petani di wilayah kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Wuryantoro, Manyaran, Wonogiri, Ngadirojo, dan Sidoharjo.

Mete ( Annarcadium Occiantalel)
Mete merupakan salah satu ikon makanan dari Kabupaten Wonogiri. Bahkan komoditas mete menyumbang 1,84% dari total produksi sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Kawasan pengembangan adalah di wilayah kecamatan Jatisrono, Ngadirojo, Sidoharjo, Girimarto, Jatipurno, Jatiroto, dan Slogohimo.
Luas areal tanaman mete yang masih produktif pada tahun 2010 kurang lebih 12.903 ha dengan tingkat produksi rata-rata 563 kg/ha, sedangkan produksi totalnya mencapai 7.145 ton / tahun.
Selain dimanfaatkan bijinya, kulit mete juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan suku cadang kendaraan bermotor yaitu untuk bahan kampas rem.

Cengkeh (Eugene aromatika)
Cengkeh merupakan tanaman rempah-rempah yang terkenal sejak jaman penjajahan. Aneka kegunaan dari tanaman cengkeh inilah yang membuat tanaman jenis banyak dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Kabupaten Wonogiri sendiri juga terdapat komoditas tamanan cengkeh terutama dari wilayah Kecamatan Karangtengah, Slogohimo, Jatipurno, Tirtomoyo, Kismantoro, Purwantoro, Bulukerto dan Girimarto.
Luas areal tanaman cengkeh pada tahun 2010 kurang lebih 4.648 ha dengan tingkat produksi rata-rata 285 kg/ha. Dengan berbagai pola intensifikasi diharapkan dapat terjadi peningkatan produksi tanaman cengkeh dimasa mendatang.

Janggelan/ Cincau (Mesona Palustris)

Janggelan atau juga disebut dengan cincau hitam merupakan tanaman yang dapat diolah menjadi bahan pembuatan kolang-kaling. Bahan makanan ini sebagai tambahan pembuatan minuman yang bermanfaat sebagai penambah nafsu makan, penurun panas, penguat lambung, penurun tekanan darah, pencegah diare, dan juga untuk penetralisir keracunan makanan. Tanaman janggelan banyak dibudidayakan di wilayah Kecamatan Karangtengah, Tirtomoyo, Bulukerto, dan Kismantoro.
Luas areal tanam pada tahun 2010 mencapai kurang lebih 1.348 ha dengan tingkat produksi janggelan kering mencapai 5.323  ton/ tahun. Hasil pemasaran tanaman ini ke Kota Besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung dan untuk keperluan ekspor terutama ke china dan hongkong.

Potensi Perkebunan lainnya
Selain komoditas perkebunan diatas, masih banyak lagi potensi lain yang ada di Kabupaten Wonogiri. Hanya tingkat budidaya dan produksi belum maksimal. Aneka potensi perkebunan lainnya antara lain adalah perkebunan tanaman buah seperti mangga, rambutan dan durian, juga aneka tanaman empon-empon dan cabe jamu sebagai bahan pembuat obat herbal (jamu).
Berbagai potensi ini apabila dikembangkan dengan baik akan menjadi salah satu upaya meningkatkan perekonomian masyarakat terutama dari sektor pertanian dan perkebunan.

 

 

Potensi Bidang Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Wonogiri


Berbagai program dan kebijakan terkait dengan pengembangan sektor Peternakan dan Perikanan terus dilakukan dengan mengacu  kebijakan dari Pemerintah pusat. Arah kebijakan pembangunan sektor ini ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan meletakkan pondasi dasar yang kokoh bagi pembangunan ekonomi.

Bidang Peternakan
Di bidang peternakan, Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil sapi yang cukup besar dalam hal populasi hewan ternak terutama sapi di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan sangat potensial untuk dikembangkan lebih baik lagi. Usaha peternakan yang terdapat di Kabupaten Wonogiri antara lain ayam petelur, ayam pedaging, itik, kambing, dan kerbau.

Usaha peternakan sapi ini mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah dengan melakukan berbagai usaha pengembangan, antara lain dengan pembuatan Pos Inseminasi Buatan (IB). Program ini bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran bayi sapi sehingga meningkatkan populasinya. Prestasi yang dicapai Kabupaten Wonogiri yaitu peringkat pertama dalam program pelaksanaan IB se-Jawa Tengah.
Disamping kegiatan tersebut ada upaya lain yang ditempuh antara lain program peningkatan Hijauan Makanan Ternak dan perbaikan manajemen pengelolaan usaha peternakan dengan sektor swasta.

Bidang Perikanan

Pembangunan sektor Perikanan dikembangkan dengan dukungan kondisi dan potensi wilayah Kabupaten Wonogiri yang ada, utamanya perairan Waduk Gajah Mungkur dan perikanan laut di Kecamatan Paranggupito. Potensi budidaya perikanan dan perikanan tangkap masih sangat terbuka lebar.
Budidaya perikanan di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri menggunakan sistem Karamba Jaring Apung (KJA) dengan komoditas unggulan jenis ikan nila, usaha perkolaman dengan jenis ikan lele yang tersebar di 15 kecamatan dan usaha perikanan tangkap baik di air tawar maupun di laut.
Usaha Karamba Jaring Apung berdasarkan data terakhir, pemasaran produksinya berupa filet dan ikan nila sudah diekspor ke negara Amerika dengan nilai penjualan lebih dari Rp. 63 milyar. Sedangkan hasil perikanan tangkap komoditas antara lain ikan jenis tawes, nila, sogo, jambal/ patin, karper dan betutu. Untuk penangkapan di wilayah Kecamatan Paranggupito yaitu di kawasan Samudera Indonesia, komoditasnya adalah lobster dan ikan panjul.
Untuk pemasaran hasil perikanan tangkap ini, Pemerintah Daerah sudah membangun Tempat Pelelangan Ikan yang tersebar di beberapa Kecamatan.

 

Potensi Bidang Industri dan Perdagangan Kabupaten Wonogiri


Industri yang terdapat di Kabupaten Wonogiri sebagian besar masih merupakan usaha kecil dan menengah. Keberadaan industri kecil menengah memiliki peran yang sangat strategis dalam membangun perekonomian masyarakat. Mulai tahun 2010, dengan slogan “Wonogiri Pro Investasi” segenap elemen Kabupaten Wonogiri bertekad menjadikan wilayah Wonogiri semakin terbuka bagi siapapun yang ingin berinvestasi menanamkan modal untuk pembangunan. Hal ini dikuatkan dengan terbitnya Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal di Kabupaten Wonogiri. 
Kemudahan dalam prosedur pendirian perusahaan dengan penerapan kebijakan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) serta Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE).
Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah industri/ perusahaan kecil, menengah dan besar yang telah melaporkan keberadaannya tahun 2010 telah mencapai 504 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja mencapai 11.884 orang.
Dilihat dari nilai perdagangan ekspor barang non migas pada tahun 2010 jumlahnya mencapai Rp. 110,6 milyar pertahun. Komoditi ekspor ini meliputi jamu tradisional, janggelan, gaplek (singkong kering), mebel, filet dan nila, rotan, produk kerajinan, dan batu mozaik.

Potensi Bidang Pertambangan Kabupaten Wonogiri


Melihat kondisi geologinya, Kabupaten Wonogiri banyak memiliki potensi di bidang pertambangan terutama bahan galian non logam (golongan C) yaitu batu gamping, kalsit, batuan andesit, tras, pasir kuarsa, pasir batu, batu bentonit, lempung atau tanah liat, damar, kaolin, fosfat, oker, dan batu setengah permata.
Bahan galian batu gamping banyak terdapat di wilayah Kabupaten Wonogiri bagian selatan dan barat. Sumberdayanya diperkirakan sekitar 3.599 juta m3 dengan luas sebaran mencapai 4.130 ha.
Potensi batu gamping yang begitu besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, Pemerintah kabupaten Wonogiri terus membuka peluang kepada para investor besar untuk mendirikan industri semen di Wonogiri. Potensi bahan baku untuk industri semen diperkirakan mencapai 100 tahun.
Batuan andesit terdapat di sebelah barat dan timur wilayah Kabupaten Wonogiri, terutama di Desa Keloran, Kepatihan, dan Pare Kecamatan Selogiri yang jumlah cadangannya mencapai sekitar 205.865.625 m3. Sedangkan yang terdapat di Kecamatan Ngadirojo, Jatiroto, Manyaran, dan Giriwoyo sumberdayanya mencapai 1.379.3000.000 m3.
Bahan galian kalsit banyak terdapat di Kecamatan Eromoko, Giriwoyo, Pracimantoro, dan Giritontro. Kalsit biasa digunakan untuk bahan pemutih, industri kaca, pakan ternak, dan bahan dasar cat.
Tanah liat atau lempung yang banyak digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata, genteng, dan gerabah, diperkirakan memiliki luas sebaran 18.392 ha.
Usaha industri batu bata, genteng, dan gerabah, terdapat hampit di tiap Kecamatan, utamanya di Kecamatan Tirtomoyo, Kismantoro, Batuwarno.
Batu setengah permata yang terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah jenis kalsedon, onyx, fosil kayu, agate, jasper, dan ametis. Bahan ini digunakan sebagai bahan baku perhiasan cincin, kalung, serta aneka kerajinan. Batu setengah permata banyak terdapat di Kecamatan Giriwoyo dan Karangtengah dengan luas sebaran kurang lebih 3 ha dan memiliki sumberdaya lebih kurang 1.800 m3.
Sedangkan bahan galian logam atau golongan B yang terdapat di Kabupaten Wonogiri antara lain emas, tembaga, mangan dan galena. Pertambangan jenis ini masih dikelola secara tradisional, dan baru satu perusahaan yang mendirikan pabrik pengolahan bahan galena yaitu di Kecamatan Tirtomoyo.
Bahan galian logam emas terdapat di Desa Jendi dan Keloran Kecamatan Selogiri dengan sebaran seluas 100 ha. Sumberdayanya diperkirakan sebesar 20.000 ton bijih emas. Selain itu juga terdapat di Desa Boto Kecamatan Jatiroto.
Bahan galian logam tembaga terdapat di Kecamatan Tirtomoyo dan Jatisrono. Tambang tembaga yang beroperasi sekarang ini pernah diusahakan pada saat pendudukan Belanda dan Jepang. Sedangkan logam mangan terdapat di Kecamatan Eromoko. Terakhir adalah bahan galian Galena atau timbal sulfida terdapat di Kecamatan Purwantoro.

Obyek Wisata Kabupaten Wonogiri


Kabupaten Wonogiri kaya akan potensi obyek wisata alam, mulai dari panorama alam pantai yang sangat indah, kawasan hutan lindung yang sejuk dan menyegarkan, pemandangan indah Waduk Serba Guna Gajahmungkur Wonogiri, hingga goa-goa kawasan karst yang membentang luas di wilayah Wonogiri bagian barat hingga selatan.
Berbagai tempat potensial untuk wisata ini belum semuanya dikelola secara maksimal. Dibutuhkan sebuah kerjasama yang baik, sinergis dan berkelanjutan dari semua pihak agar potensi ini berkembang menjadi obyek wisata andalan.
Berikut adalah beberapa Obyek Wisata andalan yang ada di Kabupaten Wonogiri :

1)    Obyek Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur Wonogiri
Terletak sekitar 7 km di sebelah selatan Kota Wonogiri. Tempat wisata ini menyajikan perpaduan wisata air, permainan anak, dan pergelaran budaya tradisional dan musik.

Akses jalan dan sarana transportasi yang mendukung obyek wisata ini sangat mudah dan murah. Hanya dengan waktu tempuh sekitar 15 menit dari Kota Wonogiri para pengunjung dapat langsung sampai ke tempat wisata ini. Bagi para pengunjung dari luar daerah di sekitar obyek wisata sudah banyak didirikan hotel dan tempat penginapan yang nyaman dengan tarif yang terjangkau.
Fasilitas yang disediakan antara lain taman satwa langka, kolam renang, arena mainan anak, kereta kelinci, mengendarai gajah jinak, tempat ibadah, toilet, tempat parkir, perahu boat, sepeda air, sarana olahraga paralayang, panggung hiburan dan wisata kuliner berupa rumah makan terapung yang menyediakan menu masakan khas nila bakar.

2)    Water Boom Gajah Mungkur Wonogiri

Satu lagi wahana rekreasi di kompleks obyek wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur yang sangat ideal sebagai tempat liburan keluarga. Waterboom memiliki berbagai sarana permainan air lengkap, mulai dari kolam ember tumpah untuk anak-anak, kolam seluncur anak, tempat pemancingan, dan gazebo.

Arena seluncur Water Boom Gajah Mungkur Wonogiri
Selain itu, dilengkapi sarana penunjang lainnya berupa sewa ban, pakaian renang, playground, butik, merchandise shop, dan oleh-oleh khas Wonogiri.
Fasilitas umum yang ditujukan bagi pengunjung antara lain mushola, restoran, kamar bilas, kamar ganti, toilet bersih dan nyaman, bahkan panggung terbuka untuk berbagai event keluarga. Dengan harga tiket yang terjangkau, Waterboom Gajah Mungkur Wonogiri pantas menjadi lokasi liburan favorit sekeluarga.

3)    Pantai Sembukan
Pantai Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito dengan jarak tempuh dari Kota Wonogiri sekitar 60 Km atau sekitar dua jam perjalanan. Akses jalan menuju tempat wisata ini cukup baik, namun dibutuhkan kewaspadaan karena berupa kelokan dan tanjakan yang curam.

Pantai Sembukan merupakan obyek wisata ritual yang dilengkapi dengan sarana ibadah antara lain masjid, paseban, dan sanggar.
Berbagai event budaya digelar untuk menambah daya tarik pengunjung antara lain Labuhan Ageng Pantai Sembukan. Keindahan Pantai Sembukan terletak pada panorama alam pantai yang indah dengan dinding batu karang terjal dan hamparan bukit-bukit kars.

4)    Arena Papan Luncur Olahraga Gantole
Di bukit Desa Sendang terdapat arena peluncuran bagi olahraga gantole dan paralayang. Tempatnya sangat nyaman dan cocok mengingat letaknya mudah dijangkau kendaraan roda empat dan tempat pendaratan yang luas sangat jelas dari tempat peluncuran.
Papan luncur ini merupakan salah satu tempat favorit bagi para pecinta olahraga gantole dan para layang di Jawa Tengah. Berbagai event kejuaraan tingkat daerah, nasional dan internasional pernah diadakan di tempat ini. Terdapat dua tingkat ketinggian yaitu 200 meter dan 400 meter sehingga memberikan pilihan bagi atlit gantole untuk melakukan aksinya.

5)    Wisata Spiritual Kahyangan
Wisata Spiritual Kahyangan terletak di tenggara Kota Wonogiri tepatnya di Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo dengan jarak 50 Km. Akses jalan menuju ke tempat ini sangat baik dan mudah.
Kahyangan konon merupakan tempat petilasan Raja Mataram dalam melakukan tirakat atau meditasi. Di tempat inilah Danang Suto Wijoyo mendapatkan wahyu dan mengadakan perjanjian dengan Ratu Kidul untuk bersama-sama membangun kerajaan di tanah Jawa.
Suasana di obyek wisata ini memang terasa sakral dengan gemericik air sungai yang mengalir. Di tempat inilah para pengunjung melakukan meditasi atau sekedar beristirahat sambil merenung dan melepaskan kepenatan rutinitas yang sangat membosankan. Kahyangan juga dilengkapi dengan sarana ibadah, toilet dan tempat pembelian aneka souvenir berupan benda-benda bertuah dari kayu, batu mulia, dan benda bertuah lainnya.

6)    Sendang Siwani
Obyek Wisata Sendang Siwani berada di Desa Singodutan Kecamatan Selogiri atau terletak di sebelah utara Kota Wonogiri dengan jarak sekitar 6 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Sendang Siwani merupakan obyek wisata budaya tempat petilasan KGPAA Mangkunegoro I dalam melakukan perang gerilya melawan penjajah Belanda.
Konon di sendang inilah Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegoro I mendapatkan wahyu setelah melakukan tirakat kepada Tuhan Sang Pencipta. Dan sampai sekarang kebanyakan pengunjung yang datang ke Sendang Siwani untuk melakukan meditasi atau tirakat agar tercapai keinginanannya.


7)    Wisata Alam Setren Girimanik
 Obyek Wisata Setren Girimanik terletak di Kecamatan Slogohimo dengan jarak sekitar 40 Km dari Kota Wonogiri. Akses jalan menuju tempat wisata ini sangat mudah dan lancar dengan dukungan sarana angkutan umum yang memadai. Obyek Wisata Setren Girimanik merupakan tempat wisata alam dengan suasana sejuk dan didukung panorama alam pegunungan yang indah. Selain pemandangan pepohonan hutan yang hijau dan lebat, Obyek Wisata Setren Girimanik juga terdapat air terjun tiga tingkat yaitu Air Terjun Tejo Moyo, Manik Moyo dan Condro Moyo.
Di tempat wisata ini juga terdapat tempat petilasan Raden Mas Said yang dikenal dengan sebutan Batu Besi. Tempat petilasan yang lain adalah Sendang Drajat yang dipercaya mengandung aura kewibawaan yang konon merupakan pemandian Raden Mas Said.
Sendang Nglambreh yang konon dipercaya berkhasiat agar kelihatan lebih cantik dan awet muda bagi siapa saja yang mandi di Sendang ini. Sendang Kanestren bagi muda-mudi yang merindukan pasangan. Dan yang terakhir adalah Pertapaan Girimanik. Tempat yang sakral ini merupakan sebuah bukit yang digunakan untuk bertapa Raden Mas Said. Konon Batu Pertapa yang ada, pernah menjadi sarana meditasi Raja Airlangga dan sampai sekarang tempat ini masih sering digunakan untuk melakukan meditasi.

8)    Goa Putri Kencono
Goa Putri Kencono terletak di Desa Wonodadi Kecamatan Pracimantoro atau berjarak 40 Km dari Kota Wonogiri. Tempat ini memiliki keindahan berupa keindahan stalagtit dan stalagmit. Sarana pendukung antara lain tempat parkir, sarana ibadah dan toilet.
Dengan tiket masuk yang murah para pengunjung dapat menyaksikan keindahan panorama khas Goa Putri Kencono yang mempunyai luas kurang lebih 1.000 m2.

9)    Pantai Nampu
Pantai Nampu terletak di Desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito yang berjarak kurang lebih 60 Km dari Kota Wonogiri. Tempat wisata ini memiliki kelebihan berupa panorama alam pantai dengan hamparan pasir putih membentang serta ombak yang cukup besar. Pantai Nampu sangat cocok untuk para pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan laut dan sangat potensial bagi olahraga air seperti selancar. 

10)    Goa Maria
Goa Maria terletak di Dusun Ngampohan Kecamatan Giriwoyo dengan jarak tempuh dari Kota Wonogiri sekitar 50 Km. Goa Maria merupakan obyek wisata spiritual bagi umat Kristiani yang ingin melakukan perenungan diri dan memanjatkan doa.
Disamping Goa ini terdapat sebuah sendang yang konon dipercaya mempunyai berbagai khasiat. Pada hari-hari tertentu banyak umat Kristen yang datang, dan sebagian besar berasal dari luar daerah Wonogiri untuk meanjatkan doa dan mengambil air suci.

11)    Museum Wayang Indonesia
Museum Wayang Indonesia terletak di Kecamatan Wuryantoro atau sebelah barat daya Kota Wonogiri. Museum ini dibangun untuk memberikan pemahaman, pengenalan dan melestarikan seni Wayang yang adiluhur kepada masyarakat luas.
Tempat wisata ini merupakan satu diantara dua Museum serupa yang ada di Indonesia. Di Museum ini dapat dijumpai dan disaksikan bermacam bentuk dan jenis wayang mulai dari wayang kulit, wayang suket, wayang golek, topeng, dan lain sebagainya.
Museum yang menempati bangunan pendopo Pak Bei Tani, yang merupakan tempat Soeharto muda (Presiden kedua Republik Indonesia) menghabiskan masa remajanya, merupakan jembatan yang menghubungkan budaya adiluhung bangsa dengan generasi penerus yang memiliki apresiasi khusus terhadap wayang. Keanekaragaman jenis wayang yang ditampilkan diharapkan mampu menjadi media pembelajaran luar kelas bagi pelajar dan mahasiswa.

12)     Museum Karst Dunia

Museum Karst Dunia terletak di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro, atau 38 km arah selatan Kota Wonogiri. Museum ini dibangun dengan tujuan menyediakan informasi tentang kawasan karst kepada semua pihak untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata yang bersifat edukatif, konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
Kawasan karst di Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari kawasan karst pegunungan seribu (Gunung Sewu) yang meliputi Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan.
Museum Karst dikelilingi oleh beberapa situs Goa dan luweng antara lain Goa Tembus, Goa Sodong, Goa Potro-Bunder, Luweng Sapen, Goa Gilap, Goa Mrica dan Goa Sonya Ruri.


13) AIR TERJUN WATU JADAH
Obyek wisata ini terletak di tanah milik perhutani, blok Perhutani Plalar, Dusun Grenjeng Desa Girimulyo. Jarak dari kota Kecamatan Jatipurno ke lokasi sekitar 13 km atau 43 km dari Kota Wonogiri. Akses jalan cukup memadai yang dapat dilalui dengan kendaraan roda 4 sampai pada pintu gerbang menuju air terjun Binangun Watu Jadah.
Watu Jadah menyuguhkan panorama alam hutan lindung yang masih asri dipadu dengan air terjun alami yang dihiasi ornamen alam bebatuan lapis yang bertumpuk. Jika diamati akan nampak seperti jadah (makanan dari ketan) sehingga dinamakan Watu Jadah.
Obyek ini sangat tepat sebagai tempat rekreasi bagi para pecinta alam, para kawula muda, atau siapa saja yang ingin mencari kesejukan dan ketenangan menyatu dengan alam. 

14)  AIR TERJUN KEDUNG TURUK
Obyek wisata ini terletak di Desa Keloran Kecamatan Selogiri, sekitar 7 km dari Kecamatan Selogiri, atau sekitar 12 km dari Kota Wonogiri. Air Terjun sembilan tingkat akan menyambut para pengunjung setelah menempuh perjalanan melalui jalan setapak dan menyusuri sungai berair jernih sekitar 50 menit.
Sangat sesuai bagi anak muda yang menyukai tantangan dan alam petualangan yang masih asli dan belum sepenuhnya tersentuh keramaian kehidupan moderen.










REFERENSI :
·        http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/bentuk-dan-susunan-organisasi-serta.html
·        http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/gelar-seni-budaya-kabupaten-wonogiri.html