ARTIKEL
2
WONOGIRI (JAWA TENGAH)
SEJARAH SINGKAT
KABUPATEN WONOGIRI
Sejarah terbentuknya Kabupaten Wonogiri
tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Raden Mas Said atau
dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa. Asal kata Wonogiri sendiri berasal
dari bahasa Jawa wana (alas/hutan/sawah) dan giri (gunung/ pegunungan). Nama
ini sangat tepat menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri yang memang
sebagian besar berupa sawah, hutan dan gunung.
Pemerintahan di Kabupaten Wonogiri awal
mulanya merupakan suatu daerah basis perjuangan Raden Mas Said dalam menentang
penjajahan Belanda. Raden Mas Said lahir di Kartasura pada hari Minggu Legi,
tanggal 4 Ruwah 1650 tahun Jimakir, Windu Adi Wuku Wariagung, atau bertepatan
dengan tanggal Masehi 8 April 1725. Raden Mas Said merupakan putra dari Kanjeng
Pangeran Aryo Mangkunegoro dan Raden Ayu Wulan yang wafat saat melahirkannya.
Memasuki usia dua tahun, Raden Mas Said
harus kehilangan ayahandanya karena dibuang oleh Belanda ke Tanah Kaap (Ceylon)
atau Srilanka. Hal itu karena ulah keji berupa fitnah dari Kanjeng Ratu dan
Patih Danurejo. Akibatnya, Raden Mas Said mengalami masa kecil yang jauh dari
selayaknya seorang bangsawan Keraton. Raden Mas Said menghabiskan masa kecil
bersama anak-anak para abdi dalem lainnya, sehingga mengerti betul bagaimana
kehidupan kawula alit. Hikmah dibalik itulah yang menempa Raden Mas Said
menjadi seorang yang mempunyai sifat peduli terhadap sesama dan kebersamaan
yang tinggi karena kedekatan beliau dengan abdi dalem yang merupakan rakyat
kecil biasa.
Pada suatu saat terjadi peristiwa yang
membuat Raden Mas Said resah, karena di Keraton terjadi ketidakadilan yang
dilakukan oleh Raja (Paku Buwono II) yang menempatkan Raden Mas Said hanya
sebagai Gandhek Anom (Manteri Anom) atau sejajar dengan Abdi Dalem Manteri.
Padahal sesuai dengan derajat dan kedudukan, Raden Mas Said seharusnya menjadi
Pangeran Sentana.
Melihat hal ini, Raden Mas Said ingin
mengadukan ketidakadilan kepada sang Raja, akan tetapi pada saat di Keraton
oleh sang Patih Kartasura ditanggapi dingin. Dan dengan tidak berkata apa-apa
sang Patih memberikan sekantong emas kepada Raden Mas Said. Perilaku sang Patih
ini membuat Raden Mas Said malu dan sangat marah, karena beliau ingin menuntut
keadilan bukan untuk mengemis.
Raden Mas Said bersama pamannya Ki
Wiradiwangsa dan Raden Sutawijaya yang mengalami nasib yang sama, mengadakan
perundingan untuk membicarakan ketidakadilan yang menimpa mereka. Akhirnya
Raden Mas Said memutuskan untuk keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan
terhadap Raja.
Raden Mas Said bersama pengikutnya
mulai mengembara mencari suatu daerah yang aman untuk kembali menyusun
kekuatan. Raden Mas Said bersama para pengikutnya tiba disuatu daerah dan mulai
menggelar pertemuan-pertemuan untuk menghimpun kembali kekuatan dan mendirikan
sebuah pemerintahan biarpun masih sangat sederhana. Peristiwa itu terjadi pada
hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabiulawal (Mulud) tahun Jumakir windu Sengoro,
dengan candra sengkala Angrasa Retu Ngoyag Jagad atau tahun 1666 dalam kalender
Jawa. Dan dalam perhitungan kalender Masehi bertepatan dengan hari Rabu Kliwon
tanggal 19 Mei 1741 M.
Prasasti Nglaroh Selogiri
Daerah yang dituju Raden Mas Said waktu itu adalah Dusun Nglaroh (wilayah Kecamatan Selogiri), dan disana Raden Mas Said menggunakan sebuah batu untuk menyusun strategi melawan ketidakadilan. Batu ini dikemudian hari dikenal sebagai Watu Gilang yang merupakan tempat awal mula perjuangan Raden Mas Said dalam melawan ketidakadilan dan segala bentuk penjajahan. Bersama dengan pengikut setianya, dibentuklah pasukan inti kemudian berkembang menjadi perwira-perwira perang yang mumpuni dengan sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dukungan dari rakyat Nglaroh kepada perjuangan Raden Mas Said juga sangat tinggi yang disesepuhi oleh Kyai Wiradiwangsa yang diangkat sebagai Patih. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang nantinya menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri.
Dalam mengendalikan perjuangannya,
Raden Mas Said mengeluarkan semboyan yang sudah menjadi ikrar sehidup semati
yang terkenal dengan sumpah “Kawulo Gusti” atau “Pamoring Kawulo Gusti” sebagai
pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya, luluh dalam kata dan
perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagaikan keluarga besar yang sulit
dicerai-beraikan musuh. Ikrar tersebut berbunyi “Tiji tibeh, Mati Siji Mati
Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh”. Ini adalah konsep kebersamaan antara pimpinan
dan rakyat yang dipimpin maupun sesama rakyat.
Raden Mas Said juga menciptakan suatu
konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu :
1. Mulat Sarira Hangrasa Wani,
artinya berani mati dalam pertempuran karena dalam pertempuran hanya ada dua
pilihan hidup atau mati. Berani bertindak menghadapi cobaan dan tantangan meski
dalam kenyataan berat untuk dilaksanakan. Sebaliknya, disaat menerima anugerah
baik berupa harta benda atau anugerah lain, harus diterima dengan cara yang
wajar. Hangrasa Wani, mau berbagi bahagia dengan orang lain.
2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya
merasa ikut memiliki daerahnya, tertanam dalam sanubari yang terdalam, sehingga
pada akhirnya pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rela berjuang dan bekerja
untuk daerahnya. Merawat dan melestarikan kekayaan yang terkandung didalamnya.
3. Wajib Melu Hangrungkebi, artinya
dengan merasa ikut memiliki timbul kesadaran untuk berjuang hingga titik darah
penghabisan untuk tanah kelahirannya.
Kegigihan Raden Mas Said dalam
memerangi musuh-musuhnya sudah tidak diragukan lagi, bahkan hanya dengan
prajurit yang jumlahnya sedikit, tidak akan gentar melawan musuh. Raden Mas
Said merupakan panglima perang yang mumpuni, terbukti selama hidupnya sudah
melakukan tidak kurang 250 kali pertempuran dengan tidak menderita kekalahan
yang berarti. Dari sinilah Raden Mas Said mendapat julukan “Pangeran
Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar maut (Penyambar Nyawa) bagi siapa
saja musuhnya pada setiap pertempuran.
Berkat keuletan dan ketangguhan Raden
Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah
perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah
Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said
bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran.
Dalam perundingan yang melibatkan Sunan
Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati
bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati
Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA)
Mangkunegoro I. Penetapan wilayah kekuasaan Raden Mas Said terjadi pada tanggal
17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. Kedudukannya
sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan
Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah
Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai
perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah
sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul.
KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 (lima) daerah yang masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu :
1.
|
Daerah
Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan
Selogiri). Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat
dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul.
Karakteritik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan
dan kesatuan. Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka
berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi
rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan.
|
2.
|
Daerah
Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro),
mempunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut,
mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik.
|
3.
|
Daerah
Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten Wonogiri
sekarang masuk wilayah Kecamatan Tirtomoyo). Masyarakat didaerah ini
mempunyai karakter sebagai Kethek Saranggon, mempunyai kemiripan seperti
sifat kera yang suka hidup bergerombol, sulit diatur, mudah tersinggung dan
kurang memperhatikan tata krama sopan santun. Jika didekati mereka kadang
kurang mau menghargai orang lain, tetapi jika dijauhi mereka akan sakit hati.
Istilahnya gampang-gampang susah.
|
4.
|
Daerah
Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter
sebagai Lemah Bang Gineblegan. Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan
dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya,
boros dan sulit untuk melaksanakan perintah. Akan tetapi bagi seorang
pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat
mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah
diarahkan ke hal yang bermanfaat.
|
5.
|
Daerah
Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan
Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora
Nyathek. Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka
menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit. Sepintas dilihat dari tutur
kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan
sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat
kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan
akan dikerjakan dengan penuh tanggungjawab.
|
Dengan memahami karakter daerah-daerah
tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan
mengendalikan rakyat diwilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal
demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Raden Mas Said memerintah
selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795.
SEJARAH SINGKAT JABATAN WEDONO GUNUNG WONOGIRI HINGGA BUPATI WONOGIRI
Setelah Raden Mas Said meninggal dunia, kekuasaan trah Mangkunegaran diteruskan oleh putra-putra beliau. Ada beberapa perkembangan penting mengenai situasi dan kondisi daerah kekuasaan, serta sistem pemerintahan yang menyangkut nama penguasa wilayah Praja Mangkunegaran termasuk di wilayah Wonogiri.
Wilayah Wonogiri merupakan daerah
Kawedanan (onderregent) dibawah Praja Mangkunegaran, yang dipimpin oleh
seseorang dengan jabatan sebagai Wedono Gunung. Organisasi pemerintahan pada
saat itu masih sangat sederhana, dengan titik berat bidang pemerintahan hanya
dua urusan yaitu urusan dalam (reh jero) dan urusan luar (reh njobo).
Wedono Gunung Wonogiri
Jabatan Wedono Gunung Wonogiri pertama
dijabat oleh Raden Ngabei Joyosudarso, sejak tahun 1847. Makam Wedono Gunung
pertama ini terdapat di Dusun Ambarwangi, Desa Wonoharjo, Kecamatan
Nguntoronadi.
Pada tahun 1875, atas permohonan R. Ng.
Joyosudarso, Kawedanan Gunung Wonogiri dipecah menjadi dua yaitu
Kawedanan Gunung Wonogiri dan Kawedanan Gunung Baturetno. Kawedanan Gunung
Wonogiri meliputi wilayah Keduang, Honggobayan, dan Nglaroh, dengan jabatan
Wedono Gunung yang dipegang oleh Raden Ngabei Djoyosaronto (putra tertua R.
Ngabei Joyosudarso). Kawedanan Gunung Baturetno meliputi wilayah Wiroko,
Sembuyan, dan Ngawen dengan jabatan Wedono Gunung yang dipegang oleh Raden
Ngabei Djoyohandojo (Putra kedua R. Ng. Joyosudarso). Pada tahun 1892, terjadi
penghapusan wilayah Kawedanan Gunung Baturetno dan digabungkan kembali dengan
Kawedanan Gunung Wonogiri. Pejabat Wedono Gunung dipegang oleh Raden Mas Ngabei
Tjitrodipuro hingga tahun 1900. Hingga pada tahun 1903, terjadi penghapusan
jabatan Panekaring Wedono Gunung. RM. Ng. Tjitrodipuro sendiri kemudian
diangkat sebagai Bupati Patih di Praja Mangkunegaran dan berganti nama Raden
Mas Ngabei Brotodipuro. Jabatan yang ditinggalkannya diganti oleh Raden
Mas Ngabei Haryokusumo (Eyang dari Ibu Tien Soeharto) sampai tahun 1916.
Kemudian jabatan Wedono Gunung Wonogiri dipegang oleh Raden Mas Tumenggung
Warso Adiningrat.
Pada tahun 1917, ada peristiwa penting
yaitu Tetedakan KGPAA Mangkunegara VII yang diumumkan pada tanggal 19 Nopember
1917, yaitu berubahnya status wilayah Wonogiri yang semula Kawedanan Gunung
menjadi Kabupaten yang dikepalai oleh seseorang oleh seorang Bupati yang
menyandang gelar Tumenggung. KGPAA Mangkunegara VII kemudian mengangkat Raden
Mas Tumenggung Warso Adiningrat sebagai Bupati Wonogiri. Sehingga beliau
merupakan Bupati Wonogiri pertama dengan gelar Tumenggung. Akibat perubahan
status ini, wilayah Wonogiri pun dibagi menjadi 5 Kawedanan yaitu Kawedanan
Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, Jatisrono dan Purwantoro.
Bupati Wonogiri :
Sebelum masa kemerdekaan :
1.
|
Kanjeng
Raden Mas Tumenggung Warso Adiningrat
|
2.
|
Mas
Tumenggung Warsodingrat
|
3.
|
Raden
Ngabei Joyowirono
|
4.
|
Kanjeng
Raden Tumenggung Harjowiratmo
|
Setelah masa kemerdekaan :
Seiring dengan peristiwa kemerdekaan,
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 sampai tahun 1946 di wilayah
Mangkunegaran terjadi dualisme pemerintahan, yaitu Kabupaten Wonogiri masih
dalam wilayah monarki Praja Mangkunegaran dan di lain pihak menginginkan
Kabupaten Wonogiri masuk dalam sistem demokrasi Republik Indonesia. Timbulah
gerakan Anti Swapraja yang menginginkan Wonogiri keluar dari sistem kerajaan
Mangkunegaran. Akhirnya disepakati bahwa Kabupaten Wonogiri tidak menghendaki
kembalinya Swapraja Mangkunegaran.
Sejak saat itu Kabupaten Wonogiri
mempunyai status seperti sekarang, dan masuk sebagai Kabupaten yang berada
diwilayah Provinsi Jawa Tengah.
Nama Bupati Wonogiri setelah masa kemerdekaan :
Nama Bupati Wonogiri setelah masa kemerdekaan :
Potensi Pertanian Kabupaten Wonogiri
Kabupaten Wonogiri mempunyai
potensi di bidang pertanian yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Luas
areal pertanian di Wonogiri mencapai 98.082 ha atau 53.82% dari luas wilayah
secara keseluruhan. Sektor pertanian telah di dukung oleh sarana irigasi
sebanyak 3.970 unit dengan panjang 1.560 km, sedangkan jumlah kelompok tani dan
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebanyak 291 kelompok.
Berikut adalah komoditas pertanian dan perkebunan yang potensial untuk dikembangkan :
Padi (Oryza sativa)
Padi menghasilkan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Tanaman dengan kandungan karbohidrat yang tinggi saat ini belum bisa tergantikan dengan bahan makanan lain. Di Kabupaten Wonogiri, tanaman padi sawah banyak dihasilkan oleh petani di wilayah Kecamatan Giriwoyo, Tirtomoyo, Baturetno, Eromoko, Selogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, dan Girimarto. Dengan tingkat produksi per tahun mencapai 2,9 juta kwintal. Sedang tanaman padi gogo banyak dihasilkan dari petani di wilayah Kecamatan Pracimantoro, Giriwoyo, Giritontro, dan Paranggupito. Tingkat produksi mencapai 586 ribu kwintal per tahun dan mengalami surplus sekitar 91 ribu ton pada tahun 2010.
Singkong/ Ubi Kayu (Manihot utilissima)
Tanaman ubi kayu (singkong) bagi sebagian besar rakyat Kabupaten Wonogiri merupakan tanaman utama selain padi. Pantas jika Wonogiri dikenal sebagai sebutan Kota Gaplek (singkong kering) mengingat hasil produksi singkong ini begitu besar potensinya. Tanaman ubi kayu banyak dihasilkan oleh petani diwilayah Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Nguntoronadi, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran, Wonogiri, Sidoharjo, Jatiroto, Purwantoro, Girimarto dan Ngadirojo. Dengan tingkat produksi singkong/ ubi kayu mencapai 12 juta kwintal/ tahun.
Melihat prospek tanaman singkong dimasa mendatang semakin cerah, Pemerintah Kabupaten Wonogiri memberi prioritas untuk pengembangannya. Kebijakan yang diambil adalah melakukan pemberdayaan petani singkong dengan bantuan bibit unggul serta pendampingan pola tanam.
Diharapkan langkah ini akan meningkatkan produksi singkong dari 16 ton/ha menjadi 90-100 ton/ha. Berdasarkan penelitian, kandungan pati ketela pohon yang dihasilkan dari Kabupaten Wonogiri cukup tinggi yaitu mencapai 35% dengan tingkat kekeringan 14%. Dengan demikian tanaman ubi kayu memang layak dikembangkan sebagai salah satu solusi pengentasan rakyat Wonogiri dari kemiskinan.
Jagung (Zea mays)
Tanaman jagung merupakan tanaman komoditas yang mempunyai peluang cerah untuk dikembangkan di masa mendatang. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga memiliki zat-zat penting sebagai bahan pangan pengganti setelah beras. Variasi produk olahan dari tanaman jagung juga cukup beragam mulai makanan ringan, makanan mie instan, sampai produk makanan untuk peternakan sehingga menjadikan tanaman jagung mempunyai nilai ekonomis tersendiri. Luas areal lahan jagung di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 tercatat + 66.742 ha dengan produksi mencapai 3,8 juta kwintal/ tahun jagung kering giling.
Wilayah yang merupakan penghasil jagung terbesar di Kabupaten Wonogiri adalah Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran. Begitu besar produksi jagung di Kabupaten Wonogiri, membuka peluang pembangunan pabrik pengolahan makanan ternak dan makanan olahan dari jagung masih sangat terbuka.
Kedelai (Glycenemax (I) Marril)
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Selain sebagai sumber protein nabati yang baik, kedelai merupakan sumber bahan pangan lauk pauk yang sangat akrab bagi sebagian besar masyarakat Wonogiri yaitu untuk pembuatan tahu dan tempe.
Luas areal tanaman kedelai di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 tercatat mencapai lebih dari 27.439 ha dengan tingkat produksi 342.750 kwintal/tahun. Tanaman kedelai banyak dibudidayakan oleh petani di kecmatan Pracimantoro, Giriwoyo, Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, dan Manyaran.
Kacang Tanah (Arachis Hypogaea)
Kacang tanah menjadi komoditas tanaman yang banyak dikembangkan sebagai tanaman tumpang sari bersama tanaman lain seperti tanaman jagung. Areal tanaman kacang tanah pada tahun 2010 seluas 44.021 ha dengan tingkat produksi bisa mencapai 12, 44 kwintal/ha atau 547.677 kwintal/tahun.
Kacang tanah dibudidayakan oleh petani di wilayah kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Wuryantoro, Manyaran, Wonogiri, Ngadirojo, dan Sidoharjo.
Mete ( Annarcadium Occiantalel)
Mete merupakan salah satu ikon makanan dari Kabupaten Wonogiri. Bahkan komoditas mete menyumbang 1,84% dari total produksi sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Kawasan pengembangan adalah di wilayah kecamatan Jatisrono, Ngadirojo, Sidoharjo, Girimarto, Jatipurno, Jatiroto, dan Slogohimo.
Luas areal tanaman mete yang masih produktif pada tahun 2010 kurang lebih 12.903 ha dengan tingkat produksi rata-rata 563 kg/ha, sedangkan produksi totalnya mencapai 7.145 ton / tahun.
Selain dimanfaatkan bijinya, kulit mete juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan suku cadang kendaraan bermotor yaitu untuk bahan kampas rem.
Cengkeh (Eugene aromatika)
Cengkeh merupakan tanaman rempah-rempah yang terkenal sejak jaman penjajahan. Aneka kegunaan dari tanaman cengkeh inilah yang membuat tanaman jenis banyak dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Kabupaten Wonogiri sendiri juga terdapat komoditas tamanan cengkeh terutama dari wilayah Kecamatan Karangtengah, Slogohimo, Jatipurno, Tirtomoyo, Kismantoro, Purwantoro, Bulukerto dan Girimarto.
Luas areal tanaman cengkeh pada tahun 2010 kurang lebih 4.648 ha dengan tingkat produksi rata-rata 285 kg/ha. Dengan berbagai pola intensifikasi diharapkan dapat terjadi peningkatan produksi tanaman cengkeh dimasa mendatang.
Janggelan/ Cincau (Mesona Palustris)
Janggelan atau juga disebut dengan cincau hitam merupakan tanaman yang dapat diolah menjadi bahan pembuatan kolang-kaling. Bahan makanan ini sebagai tambahan pembuatan minuman yang bermanfaat sebagai penambah nafsu makan, penurun panas, penguat lambung, penurun tekanan darah, pencegah diare, dan juga untuk penetralisir keracunan makanan. Tanaman janggelan banyak dibudidayakan di wilayah Kecamatan Karangtengah, Tirtomoyo, Bulukerto, dan Kismantoro.
Luas areal tanam pada tahun 2010 mencapai kurang lebih 1.348 ha dengan tingkat produksi janggelan kering mencapai 5.323 ton/ tahun. Hasil pemasaran tanaman ini ke Kota Besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung dan untuk keperluan ekspor terutama ke china dan hongkong.
Potensi Perkebunan lainnya
Selain komoditas perkebunan diatas, masih banyak lagi potensi lain yang ada di Kabupaten Wonogiri. Hanya tingkat budidaya dan produksi belum maksimal. Aneka potensi perkebunan lainnya antara lain adalah perkebunan tanaman buah seperti mangga, rambutan dan durian, juga aneka tanaman empon-empon dan cabe jamu sebagai bahan pembuat obat herbal (jamu).
Berbagai potensi ini apabila dikembangkan dengan baik akan menjadi salah satu upaya meningkatkan perekonomian masyarakat terutama dari sektor pertanian dan perkebunan.
Berikut adalah komoditas pertanian dan perkebunan yang potensial untuk dikembangkan :
Padi (Oryza sativa)
Padi menghasilkan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Tanaman dengan kandungan karbohidrat yang tinggi saat ini belum bisa tergantikan dengan bahan makanan lain. Di Kabupaten Wonogiri, tanaman padi sawah banyak dihasilkan oleh petani di wilayah Kecamatan Giriwoyo, Tirtomoyo, Baturetno, Eromoko, Selogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, dan Girimarto. Dengan tingkat produksi per tahun mencapai 2,9 juta kwintal. Sedang tanaman padi gogo banyak dihasilkan dari petani di wilayah Kecamatan Pracimantoro, Giriwoyo, Giritontro, dan Paranggupito. Tingkat produksi mencapai 586 ribu kwintal per tahun dan mengalami surplus sekitar 91 ribu ton pada tahun 2010.
Singkong/ Ubi Kayu (Manihot utilissima)
Tanaman ubi kayu (singkong) bagi sebagian besar rakyat Kabupaten Wonogiri merupakan tanaman utama selain padi. Pantas jika Wonogiri dikenal sebagai sebutan Kota Gaplek (singkong kering) mengingat hasil produksi singkong ini begitu besar potensinya. Tanaman ubi kayu banyak dihasilkan oleh petani diwilayah Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Nguntoronadi, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran, Wonogiri, Sidoharjo, Jatiroto, Purwantoro, Girimarto dan Ngadirojo. Dengan tingkat produksi singkong/ ubi kayu mencapai 12 juta kwintal/ tahun.
Melihat prospek tanaman singkong dimasa mendatang semakin cerah, Pemerintah Kabupaten Wonogiri memberi prioritas untuk pengembangannya. Kebijakan yang diambil adalah melakukan pemberdayaan petani singkong dengan bantuan bibit unggul serta pendampingan pola tanam.
Diharapkan langkah ini akan meningkatkan produksi singkong dari 16 ton/ha menjadi 90-100 ton/ha. Berdasarkan penelitian, kandungan pati ketela pohon yang dihasilkan dari Kabupaten Wonogiri cukup tinggi yaitu mencapai 35% dengan tingkat kekeringan 14%. Dengan demikian tanaman ubi kayu memang layak dikembangkan sebagai salah satu solusi pengentasan rakyat Wonogiri dari kemiskinan.
Jagung (Zea mays)
Tanaman jagung merupakan tanaman komoditas yang mempunyai peluang cerah untuk dikembangkan di masa mendatang. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga memiliki zat-zat penting sebagai bahan pangan pengganti setelah beras. Variasi produk olahan dari tanaman jagung juga cukup beragam mulai makanan ringan, makanan mie instan, sampai produk makanan untuk peternakan sehingga menjadikan tanaman jagung mempunyai nilai ekonomis tersendiri. Luas areal lahan jagung di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 tercatat + 66.742 ha dengan produksi mencapai 3,8 juta kwintal/ tahun jagung kering giling.
Wilayah yang merupakan penghasil jagung terbesar di Kabupaten Wonogiri adalah Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran. Begitu besar produksi jagung di Kabupaten Wonogiri, membuka peluang pembangunan pabrik pengolahan makanan ternak dan makanan olahan dari jagung masih sangat terbuka.
Kedelai (Glycenemax (I) Marril)
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Selain sebagai sumber protein nabati yang baik, kedelai merupakan sumber bahan pangan lauk pauk yang sangat akrab bagi sebagian besar masyarakat Wonogiri yaitu untuk pembuatan tahu dan tempe.
Luas areal tanaman kedelai di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 tercatat mencapai lebih dari 27.439 ha dengan tingkat produksi 342.750 kwintal/tahun. Tanaman kedelai banyak dibudidayakan oleh petani di kecmatan Pracimantoro, Giriwoyo, Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, dan Manyaran.
Kacang Tanah (Arachis Hypogaea)
Kacang tanah menjadi komoditas tanaman yang banyak dikembangkan sebagai tanaman tumpang sari bersama tanaman lain seperti tanaman jagung. Areal tanaman kacang tanah pada tahun 2010 seluas 44.021 ha dengan tingkat produksi bisa mencapai 12, 44 kwintal/ha atau 547.677 kwintal/tahun.
Kacang tanah dibudidayakan oleh petani di wilayah kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Wuryantoro, Manyaran, Wonogiri, Ngadirojo, dan Sidoharjo.
Mete ( Annarcadium Occiantalel)
Mete merupakan salah satu ikon makanan dari Kabupaten Wonogiri. Bahkan komoditas mete menyumbang 1,84% dari total produksi sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Kawasan pengembangan adalah di wilayah kecamatan Jatisrono, Ngadirojo, Sidoharjo, Girimarto, Jatipurno, Jatiroto, dan Slogohimo.
Luas areal tanaman mete yang masih produktif pada tahun 2010 kurang lebih 12.903 ha dengan tingkat produksi rata-rata 563 kg/ha, sedangkan produksi totalnya mencapai 7.145 ton / tahun.
Selain dimanfaatkan bijinya, kulit mete juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan suku cadang kendaraan bermotor yaitu untuk bahan kampas rem.
Cengkeh (Eugene aromatika)
Cengkeh merupakan tanaman rempah-rempah yang terkenal sejak jaman penjajahan. Aneka kegunaan dari tanaman cengkeh inilah yang membuat tanaman jenis banyak dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Kabupaten Wonogiri sendiri juga terdapat komoditas tamanan cengkeh terutama dari wilayah Kecamatan Karangtengah, Slogohimo, Jatipurno, Tirtomoyo, Kismantoro, Purwantoro, Bulukerto dan Girimarto.
Luas areal tanaman cengkeh pada tahun 2010 kurang lebih 4.648 ha dengan tingkat produksi rata-rata 285 kg/ha. Dengan berbagai pola intensifikasi diharapkan dapat terjadi peningkatan produksi tanaman cengkeh dimasa mendatang.
Janggelan/ Cincau (Mesona Palustris)
Janggelan atau juga disebut dengan cincau hitam merupakan tanaman yang dapat diolah menjadi bahan pembuatan kolang-kaling. Bahan makanan ini sebagai tambahan pembuatan minuman yang bermanfaat sebagai penambah nafsu makan, penurun panas, penguat lambung, penurun tekanan darah, pencegah diare, dan juga untuk penetralisir keracunan makanan. Tanaman janggelan banyak dibudidayakan di wilayah Kecamatan Karangtengah, Tirtomoyo, Bulukerto, dan Kismantoro.
Luas areal tanam pada tahun 2010 mencapai kurang lebih 1.348 ha dengan tingkat produksi janggelan kering mencapai 5.323 ton/ tahun. Hasil pemasaran tanaman ini ke Kota Besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung dan untuk keperluan ekspor terutama ke china dan hongkong.
Potensi Perkebunan lainnya
Selain komoditas perkebunan diatas, masih banyak lagi potensi lain yang ada di Kabupaten Wonogiri. Hanya tingkat budidaya dan produksi belum maksimal. Aneka potensi perkebunan lainnya antara lain adalah perkebunan tanaman buah seperti mangga, rambutan dan durian, juga aneka tanaman empon-empon dan cabe jamu sebagai bahan pembuat obat herbal (jamu).
Berbagai potensi ini apabila dikembangkan dengan baik akan menjadi salah satu upaya meningkatkan perekonomian masyarakat terutama dari sektor pertanian dan perkebunan.
Potensi Bidang Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Wonogiri
Berbagai
program dan kebijakan terkait dengan pengembangan sektor Peternakan dan
Perikanan terus dilakukan dengan mengacu kebijakan dari Pemerintah pusat.
Arah kebijakan pembangunan sektor ini ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan
rakyat dan meletakkan pondasi dasar yang kokoh bagi pembangunan ekonomi.
Bidang Peternakan
Di bidang peternakan, Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil sapi yang cukup besar dalam hal populasi hewan ternak terutama sapi di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan sangat potensial untuk dikembangkan lebih baik lagi. Usaha peternakan yang terdapat di Kabupaten Wonogiri antara lain ayam petelur, ayam pedaging, itik, kambing, dan kerbau.
Usaha peternakan sapi ini mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah dengan melakukan berbagai usaha pengembangan, antara lain dengan pembuatan Pos Inseminasi Buatan (IB). Program ini bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran bayi sapi sehingga meningkatkan populasinya. Prestasi yang dicapai Kabupaten Wonogiri yaitu peringkat pertama dalam program pelaksanaan IB se-Jawa Tengah.
Disamping kegiatan tersebut ada upaya lain yang ditempuh antara lain program peningkatan Hijauan Makanan Ternak dan perbaikan manajemen pengelolaan usaha peternakan dengan sektor swasta.
Bidang Perikanan
Pembangunan sektor Perikanan dikembangkan dengan dukungan kondisi dan potensi wilayah Kabupaten Wonogiri yang ada, utamanya perairan Waduk Gajah Mungkur dan perikanan laut di Kecamatan Paranggupito. Potensi budidaya perikanan dan perikanan tangkap masih sangat terbuka lebar.
Budidaya perikanan di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri menggunakan sistem Karamba Jaring Apung (KJA) dengan komoditas unggulan jenis ikan nila, usaha perkolaman dengan jenis ikan lele yang tersebar di 15 kecamatan dan usaha perikanan tangkap baik di air tawar maupun di laut.
Usaha Karamba Jaring Apung berdasarkan data terakhir, pemasaran produksinya berupa filet dan ikan nila sudah diekspor ke negara Amerika dengan nilai penjualan lebih dari Rp. 63 milyar. Sedangkan hasil perikanan tangkap komoditas antara lain ikan jenis tawes, nila, sogo, jambal/ patin, karper dan betutu. Untuk penangkapan di wilayah Kecamatan Paranggupito yaitu di kawasan Samudera Indonesia, komoditasnya adalah lobster dan ikan panjul.
Untuk pemasaran hasil perikanan tangkap ini, Pemerintah Daerah sudah membangun Tempat Pelelangan Ikan yang tersebar di beberapa Kecamatan.
Bidang Peternakan
Di bidang peternakan, Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil sapi yang cukup besar dalam hal populasi hewan ternak terutama sapi di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan sangat potensial untuk dikembangkan lebih baik lagi. Usaha peternakan yang terdapat di Kabupaten Wonogiri antara lain ayam petelur, ayam pedaging, itik, kambing, dan kerbau.
Usaha peternakan sapi ini mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah dengan melakukan berbagai usaha pengembangan, antara lain dengan pembuatan Pos Inseminasi Buatan (IB). Program ini bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran bayi sapi sehingga meningkatkan populasinya. Prestasi yang dicapai Kabupaten Wonogiri yaitu peringkat pertama dalam program pelaksanaan IB se-Jawa Tengah.
Disamping kegiatan tersebut ada upaya lain yang ditempuh antara lain program peningkatan Hijauan Makanan Ternak dan perbaikan manajemen pengelolaan usaha peternakan dengan sektor swasta.
Bidang Perikanan
Pembangunan sektor Perikanan dikembangkan dengan dukungan kondisi dan potensi wilayah Kabupaten Wonogiri yang ada, utamanya perairan Waduk Gajah Mungkur dan perikanan laut di Kecamatan Paranggupito. Potensi budidaya perikanan dan perikanan tangkap masih sangat terbuka lebar.
Budidaya perikanan di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri menggunakan sistem Karamba Jaring Apung (KJA) dengan komoditas unggulan jenis ikan nila, usaha perkolaman dengan jenis ikan lele yang tersebar di 15 kecamatan dan usaha perikanan tangkap baik di air tawar maupun di laut.
Usaha Karamba Jaring Apung berdasarkan data terakhir, pemasaran produksinya berupa filet dan ikan nila sudah diekspor ke negara Amerika dengan nilai penjualan lebih dari Rp. 63 milyar. Sedangkan hasil perikanan tangkap komoditas antara lain ikan jenis tawes, nila, sogo, jambal/ patin, karper dan betutu. Untuk penangkapan di wilayah Kecamatan Paranggupito yaitu di kawasan Samudera Indonesia, komoditasnya adalah lobster dan ikan panjul.
Untuk pemasaran hasil perikanan tangkap ini, Pemerintah Daerah sudah membangun Tempat Pelelangan Ikan yang tersebar di beberapa Kecamatan.
Potensi Bidang Industri dan Perdagangan Kabupaten Wonogiri
Industri
yang terdapat di Kabupaten Wonogiri sebagian besar masih merupakan usaha kecil
dan menengah. Keberadaan industri kecil menengah memiliki peran yang sangat
strategis dalam membangun perekonomian masyarakat. Mulai tahun 2010, dengan
slogan “Wonogiri Pro Investasi” segenap elemen Kabupaten Wonogiri bertekad
menjadikan wilayah Wonogiri semakin terbuka bagi siapapun yang ingin
berinvestasi menanamkan modal untuk pembangunan. Hal ini dikuatkan dengan terbitnya
Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal di Kabupaten Wonogiri.
Kemudahan dalam prosedur pendirian perusahaan dengan penerapan kebijakan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) serta Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE).
Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah industri/ perusahaan kecil, menengah dan besar yang telah melaporkan keberadaannya tahun 2010 telah mencapai 504 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja mencapai 11.884 orang.
Dilihat dari nilai perdagangan ekspor barang non migas pada tahun 2010 jumlahnya mencapai Rp. 110,6 milyar pertahun. Komoditi ekspor ini meliputi jamu tradisional, janggelan, gaplek (singkong kering), mebel, filet dan nila, rotan, produk kerajinan, dan batu mozaik.
Kemudahan dalam prosedur pendirian perusahaan dengan penerapan kebijakan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) serta Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE).
Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah industri/ perusahaan kecil, menengah dan besar yang telah melaporkan keberadaannya tahun 2010 telah mencapai 504 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja mencapai 11.884 orang.
Dilihat dari nilai perdagangan ekspor barang non migas pada tahun 2010 jumlahnya mencapai Rp. 110,6 milyar pertahun. Komoditi ekspor ini meliputi jamu tradisional, janggelan, gaplek (singkong kering), mebel, filet dan nila, rotan, produk kerajinan, dan batu mozaik.
Potensi Bidang Pertambangan Kabupaten Wonogiri
Melihat
kondisi geologinya, Kabupaten Wonogiri banyak memiliki potensi di bidang
pertambangan terutama bahan galian non logam (golongan C) yaitu batu gamping,
kalsit, batuan andesit, tras, pasir kuarsa, pasir batu, batu bentonit, lempung
atau tanah liat, damar, kaolin, fosfat, oker, dan batu setengah permata.
Bahan galian batu gamping banyak terdapat di wilayah Kabupaten Wonogiri bagian selatan dan barat. Sumberdayanya diperkirakan sekitar 3.599 juta m3 dengan luas sebaran mencapai 4.130 ha.
Potensi batu gamping yang begitu besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, Pemerintah kabupaten Wonogiri terus membuka peluang kepada para investor besar untuk mendirikan industri semen di Wonogiri. Potensi bahan baku untuk industri semen diperkirakan mencapai 100 tahun.
Batuan andesit terdapat di sebelah barat dan timur wilayah Kabupaten Wonogiri, terutama di Desa Keloran, Kepatihan, dan Pare Kecamatan Selogiri yang jumlah cadangannya mencapai sekitar 205.865.625 m3. Sedangkan yang terdapat di Kecamatan Ngadirojo, Jatiroto, Manyaran, dan Giriwoyo sumberdayanya mencapai 1.379.3000.000 m3.
Bahan galian kalsit banyak terdapat di Kecamatan Eromoko, Giriwoyo, Pracimantoro, dan Giritontro. Kalsit biasa digunakan untuk bahan pemutih, industri kaca, pakan ternak, dan bahan dasar cat.
Tanah liat atau lempung yang banyak digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata, genteng, dan gerabah, diperkirakan memiliki luas sebaran 18.392 ha.
Usaha industri batu bata, genteng, dan gerabah, terdapat hampit di tiap Kecamatan, utamanya di Kecamatan Tirtomoyo, Kismantoro, Batuwarno.
Batu setengah permata yang terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah jenis kalsedon, onyx, fosil kayu, agate, jasper, dan ametis. Bahan ini digunakan sebagai bahan baku perhiasan cincin, kalung, serta aneka kerajinan. Batu setengah permata banyak terdapat di Kecamatan Giriwoyo dan Karangtengah dengan luas sebaran kurang lebih 3 ha dan memiliki sumberdaya lebih kurang 1.800 m3.
Sedangkan bahan galian logam atau golongan B yang terdapat di Kabupaten Wonogiri antara lain emas, tembaga, mangan dan galena. Pertambangan jenis ini masih dikelola secara tradisional, dan baru satu perusahaan yang mendirikan pabrik pengolahan bahan galena yaitu di Kecamatan Tirtomoyo.
Bahan galian logam emas terdapat di Desa Jendi dan Keloran Kecamatan Selogiri dengan sebaran seluas 100 ha. Sumberdayanya diperkirakan sebesar 20.000 ton bijih emas. Selain itu juga terdapat di Desa Boto Kecamatan Jatiroto.
Bahan galian logam tembaga terdapat di Kecamatan Tirtomoyo dan Jatisrono. Tambang tembaga yang beroperasi sekarang ini pernah diusahakan pada saat pendudukan Belanda dan Jepang. Sedangkan logam mangan terdapat di Kecamatan Eromoko. Terakhir adalah bahan galian Galena atau timbal sulfida terdapat di Kecamatan Purwantoro.
Bahan galian batu gamping banyak terdapat di wilayah Kabupaten Wonogiri bagian selatan dan barat. Sumberdayanya diperkirakan sekitar 3.599 juta m3 dengan luas sebaran mencapai 4.130 ha.
Potensi batu gamping yang begitu besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, Pemerintah kabupaten Wonogiri terus membuka peluang kepada para investor besar untuk mendirikan industri semen di Wonogiri. Potensi bahan baku untuk industri semen diperkirakan mencapai 100 tahun.
Batuan andesit terdapat di sebelah barat dan timur wilayah Kabupaten Wonogiri, terutama di Desa Keloran, Kepatihan, dan Pare Kecamatan Selogiri yang jumlah cadangannya mencapai sekitar 205.865.625 m3. Sedangkan yang terdapat di Kecamatan Ngadirojo, Jatiroto, Manyaran, dan Giriwoyo sumberdayanya mencapai 1.379.3000.000 m3.
Bahan galian kalsit banyak terdapat di Kecamatan Eromoko, Giriwoyo, Pracimantoro, dan Giritontro. Kalsit biasa digunakan untuk bahan pemutih, industri kaca, pakan ternak, dan bahan dasar cat.
Tanah liat atau lempung yang banyak digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata, genteng, dan gerabah, diperkirakan memiliki luas sebaran 18.392 ha.
Usaha industri batu bata, genteng, dan gerabah, terdapat hampit di tiap Kecamatan, utamanya di Kecamatan Tirtomoyo, Kismantoro, Batuwarno.
Batu setengah permata yang terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah jenis kalsedon, onyx, fosil kayu, agate, jasper, dan ametis. Bahan ini digunakan sebagai bahan baku perhiasan cincin, kalung, serta aneka kerajinan. Batu setengah permata banyak terdapat di Kecamatan Giriwoyo dan Karangtengah dengan luas sebaran kurang lebih 3 ha dan memiliki sumberdaya lebih kurang 1.800 m3.
Sedangkan bahan galian logam atau golongan B yang terdapat di Kabupaten Wonogiri antara lain emas, tembaga, mangan dan galena. Pertambangan jenis ini masih dikelola secara tradisional, dan baru satu perusahaan yang mendirikan pabrik pengolahan bahan galena yaitu di Kecamatan Tirtomoyo.
Bahan galian logam emas terdapat di Desa Jendi dan Keloran Kecamatan Selogiri dengan sebaran seluas 100 ha. Sumberdayanya diperkirakan sebesar 20.000 ton bijih emas. Selain itu juga terdapat di Desa Boto Kecamatan Jatiroto.
Bahan galian logam tembaga terdapat di Kecamatan Tirtomoyo dan Jatisrono. Tambang tembaga yang beroperasi sekarang ini pernah diusahakan pada saat pendudukan Belanda dan Jepang. Sedangkan logam mangan terdapat di Kecamatan Eromoko. Terakhir adalah bahan galian Galena atau timbal sulfida terdapat di Kecamatan Purwantoro.
Obyek Wisata Kabupaten Wonogiri
Berbagai tempat potensial untuk wisata ini belum semuanya dikelola secara maksimal. Dibutuhkan sebuah kerjasama yang baik, sinergis dan berkelanjutan dari semua pihak agar potensi ini berkembang menjadi obyek wisata andalan.
Berikut adalah beberapa Obyek Wisata andalan yang ada di Kabupaten Wonogiri :
1) Obyek Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur Wonogiri
Terletak sekitar 7 km di sebelah selatan Kota Wonogiri. Tempat wisata ini menyajikan perpaduan wisata air, permainan anak, dan pergelaran budaya tradisional dan musik.
Akses jalan dan sarana transportasi yang mendukung obyek wisata ini sangat mudah dan murah. Hanya dengan waktu tempuh sekitar 15 menit dari Kota Wonogiri para pengunjung dapat langsung sampai ke tempat wisata ini. Bagi para pengunjung dari luar daerah di sekitar obyek wisata sudah banyak didirikan hotel dan tempat penginapan yang nyaman dengan tarif yang terjangkau.
Fasilitas yang disediakan antara lain taman satwa langka, kolam renang, arena mainan anak, kereta kelinci, mengendarai gajah jinak, tempat ibadah, toilet, tempat parkir, perahu boat, sepeda air, sarana olahraga paralayang, panggung hiburan dan wisata kuliner berupa rumah makan terapung yang menyediakan menu masakan khas nila bakar.
2) Water Boom Gajah Mungkur Wonogiri
Satu lagi wahana rekreasi di kompleks obyek wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur yang sangat ideal sebagai tempat liburan keluarga. Waterboom memiliki berbagai sarana permainan air lengkap, mulai dari kolam ember tumpah untuk anak-anak, kolam seluncur anak, tempat pemancingan, dan gazebo.
Arena seluncur Water Boom Gajah Mungkur Wonogiri
Selain itu, dilengkapi sarana penunjang lainnya berupa sewa ban, pakaian renang, playground, butik, merchandise shop, dan oleh-oleh khas Wonogiri.
Fasilitas umum yang ditujukan bagi pengunjung antara lain mushola, restoran, kamar bilas, kamar ganti, toilet bersih dan nyaman, bahkan panggung terbuka untuk berbagai event keluarga. Dengan harga tiket yang terjangkau, Waterboom Gajah Mungkur Wonogiri pantas menjadi lokasi liburan favorit sekeluarga.
3) Pantai Sembukan
Pantai Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito dengan jarak tempuh dari Kota Wonogiri sekitar 60 Km atau sekitar dua jam perjalanan. Akses jalan menuju tempat wisata ini cukup baik, namun dibutuhkan kewaspadaan karena berupa kelokan dan tanjakan yang curam.
Pantai Sembukan merupakan obyek wisata ritual yang dilengkapi dengan sarana ibadah antara lain masjid, paseban, dan sanggar.
Berbagai event budaya digelar untuk menambah daya tarik pengunjung antara lain Labuhan Ageng Pantai Sembukan. Keindahan Pantai Sembukan terletak pada panorama alam pantai yang indah dengan dinding batu karang terjal dan hamparan bukit-bukit kars.
4) Arena Papan Luncur Olahraga Gantole
Di bukit Desa Sendang terdapat arena peluncuran bagi olahraga gantole dan paralayang. Tempatnya sangat nyaman dan cocok mengingat letaknya mudah dijangkau kendaraan roda empat dan tempat pendaratan yang luas sangat jelas dari tempat peluncuran.
Papan luncur ini merupakan salah satu tempat favorit bagi para pecinta olahraga gantole dan para layang di Jawa Tengah. Berbagai event kejuaraan tingkat daerah, nasional dan internasional pernah diadakan di tempat ini. Terdapat dua tingkat ketinggian yaitu 200 meter dan 400 meter sehingga memberikan pilihan bagi atlit gantole untuk melakukan aksinya.
5) Wisata Spiritual Kahyangan
Wisata Spiritual Kahyangan terletak di tenggara Kota Wonogiri tepatnya di Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo dengan jarak 50 Km. Akses jalan menuju ke tempat ini sangat baik dan mudah.
Kahyangan konon merupakan tempat petilasan Raja Mataram dalam melakukan tirakat atau meditasi. Di tempat inilah Danang Suto Wijoyo mendapatkan wahyu dan mengadakan perjanjian dengan Ratu Kidul untuk bersama-sama membangun kerajaan di tanah Jawa.
Suasana di obyek wisata ini memang terasa sakral dengan gemericik air sungai yang mengalir. Di tempat inilah para pengunjung melakukan meditasi atau sekedar beristirahat sambil merenung dan melepaskan kepenatan rutinitas yang sangat membosankan. Kahyangan juga dilengkapi dengan sarana ibadah, toilet dan tempat pembelian aneka souvenir berupan benda-benda bertuah dari kayu, batu mulia, dan benda bertuah lainnya.
6) Sendang Siwani
Obyek Wisata Sendang Siwani berada di Desa Singodutan Kecamatan Selogiri atau terletak di sebelah utara Kota Wonogiri dengan jarak sekitar 6 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Sendang Siwani merupakan obyek wisata budaya tempat petilasan KGPAA Mangkunegoro I dalam melakukan perang gerilya melawan penjajah Belanda.
Konon di sendang inilah Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegoro I mendapatkan wahyu setelah melakukan tirakat kepada Tuhan Sang Pencipta. Dan sampai sekarang kebanyakan pengunjung yang datang ke Sendang Siwani untuk melakukan meditasi atau tirakat agar tercapai keinginanannya.
7) Wisata Alam Setren Girimanik
Obyek Wisata Setren Girimanik terletak di Kecamatan Slogohimo dengan jarak sekitar 40 Km dari Kota Wonogiri. Akses jalan menuju tempat wisata ini sangat mudah dan lancar dengan dukungan sarana angkutan umum yang memadai. Obyek Wisata Setren Girimanik merupakan tempat wisata alam dengan suasana sejuk dan didukung panorama alam pegunungan yang indah. Selain pemandangan pepohonan hutan yang hijau dan lebat, Obyek Wisata Setren Girimanik juga terdapat air terjun tiga tingkat yaitu Air Terjun Tejo Moyo, Manik Moyo dan Condro Moyo.
Di tempat wisata ini juga terdapat tempat petilasan Raden Mas Said yang dikenal dengan sebutan Batu Besi. Tempat petilasan yang lain adalah Sendang Drajat yang dipercaya mengandung aura kewibawaan yang konon merupakan pemandian Raden Mas Said.
Sendang Nglambreh yang konon dipercaya berkhasiat agar kelihatan lebih cantik dan awet muda bagi siapa saja yang mandi di Sendang ini. Sendang Kanestren bagi muda-mudi yang merindukan pasangan. Dan yang terakhir adalah Pertapaan Girimanik. Tempat yang sakral ini merupakan sebuah bukit yang digunakan untuk bertapa Raden Mas Said. Konon Batu Pertapa yang ada, pernah menjadi sarana meditasi Raja Airlangga dan sampai sekarang tempat ini masih sering digunakan untuk melakukan meditasi.
8) Goa Putri Kencono
Goa Putri Kencono terletak di Desa Wonodadi Kecamatan Pracimantoro atau berjarak 40 Km dari Kota Wonogiri. Tempat ini memiliki keindahan berupa keindahan stalagtit dan stalagmit. Sarana pendukung antara lain tempat parkir, sarana ibadah dan toilet.
Dengan tiket masuk yang murah para pengunjung dapat menyaksikan keindahan panorama khas Goa Putri Kencono yang mempunyai luas kurang lebih 1.000 m2.
9) Pantai Nampu
Pantai Nampu terletak di Desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito yang berjarak kurang lebih 60 Km dari Kota Wonogiri. Tempat wisata ini memiliki kelebihan berupa panorama alam pantai dengan hamparan pasir putih membentang serta ombak yang cukup besar. Pantai Nampu sangat cocok untuk para pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan laut dan sangat potensial bagi olahraga air seperti selancar.
10) Goa Maria
Goa Maria terletak di Dusun Ngampohan Kecamatan Giriwoyo dengan jarak tempuh dari Kota Wonogiri sekitar 50 Km. Goa Maria merupakan obyek wisata spiritual bagi umat Kristiani yang ingin melakukan perenungan diri dan memanjatkan doa.
Disamping Goa ini terdapat sebuah sendang yang konon dipercaya mempunyai berbagai khasiat. Pada hari-hari tertentu banyak umat Kristen yang datang, dan sebagian besar berasal dari luar daerah Wonogiri untuk meanjatkan doa dan mengambil air suci.
11) Museum Wayang Indonesia
Museum Wayang Indonesia terletak di Kecamatan Wuryantoro atau sebelah barat daya Kota Wonogiri. Museum ini dibangun untuk memberikan pemahaman, pengenalan dan melestarikan seni Wayang yang adiluhur kepada masyarakat luas.
Tempat wisata ini merupakan satu diantara dua Museum serupa yang ada di Indonesia. Di Museum ini dapat dijumpai dan disaksikan bermacam bentuk dan jenis wayang mulai dari wayang kulit, wayang suket, wayang golek, topeng, dan lain sebagainya.
Museum yang menempati bangunan pendopo Pak Bei Tani, yang merupakan tempat Soeharto muda (Presiden kedua Republik Indonesia) menghabiskan masa remajanya, merupakan jembatan yang menghubungkan budaya adiluhung bangsa dengan generasi penerus yang memiliki apresiasi khusus terhadap wayang. Keanekaragaman jenis wayang yang ditampilkan diharapkan mampu menjadi media pembelajaran luar kelas bagi pelajar dan mahasiswa.
12) Museum Karst Dunia
Museum Karst Dunia terletak di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro, atau 38 km arah selatan Kota Wonogiri. Museum ini dibangun dengan tujuan menyediakan informasi tentang kawasan karst kepada semua pihak untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata yang bersifat edukatif, konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
Kawasan karst di Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari kawasan karst pegunungan seribu (Gunung Sewu) yang meliputi Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan.
Museum Karst dikelilingi oleh beberapa situs Goa dan luweng antara lain Goa Tembus, Goa Sodong, Goa Potro-Bunder, Luweng Sapen, Goa Gilap, Goa Mrica dan Goa Sonya Ruri.
13) AIR TERJUN WATU JADAH
Obyek wisata ini terletak di tanah milik perhutani, blok Perhutani Plalar, Dusun Grenjeng Desa Girimulyo. Jarak dari kota Kecamatan Jatipurno ke lokasi sekitar 13 km atau 43 km dari Kota Wonogiri. Akses jalan cukup memadai yang dapat dilalui dengan kendaraan roda 4 sampai pada pintu gerbang menuju air terjun Binangun Watu Jadah.
Watu Jadah menyuguhkan panorama alam hutan lindung yang masih asri dipadu dengan air terjun alami yang dihiasi ornamen alam bebatuan lapis yang bertumpuk. Jika diamati akan nampak seperti jadah (makanan dari ketan) sehingga dinamakan Watu Jadah.
Obyek ini sangat tepat sebagai tempat rekreasi bagi para pecinta alam, para kawula muda, atau siapa saja yang ingin mencari kesejukan dan ketenangan menyatu dengan alam.
14) AIR TERJUN KEDUNG TURUK
Obyek wisata ini terletak di Desa Keloran Kecamatan Selogiri, sekitar 7 km dari Kecamatan Selogiri, atau sekitar 12 km dari Kota Wonogiri. Air Terjun sembilan tingkat akan menyambut para pengunjung setelah menempuh perjalanan melalui jalan setapak dan menyusuri sungai berair jernih sekitar 50 menit.
Sangat sesuai bagi anak muda yang menyukai tantangan dan alam petualangan yang masih asli dan belum sepenuhnya tersentuh keramaian kehidupan moderen.
REFERENSI :
·
http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/profil-perusahaan-daerah-di-kabupaten.html
·
http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/bentuk-dan-susunan-organisasi-serta.html
·
http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/gelar-seni-budaya-kabupaten-wonogiri.html
·
http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/potensi-bidang-peternakan-dan-perikanan.html
·
http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/potensi-bidang-industri-dan-perdagangan.html
·
http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/potensi-bidang-pertambangan-kabupaten.html